Ini adalah percakapan antara Abu al-Aswad ad-Du'ali yang merupakan salah seorang penggas ilmu nahwu dan pakar tata bahasa Arab.
Suatu malam, Abu al-Aswad ad-Du'ali dan putrinya duduk sambil menatap keindahan langit yang bertaburan bintang-bintang. Suasana malam nan sunyi itu hanya diterangi oleh rembulan malam sehingga membuat putri Abu al-Aswad takjub seraya berujar: "Alangkah indahnya langit itu!"
Namun, karena sang putri mengucapkannya dengan menggunakan kalimat Ù…َا Ø£َØْسَÙ†ُ السَّÙ…َاءِ yang artinya adalah "Apa yang indah dari langit itu?"
Ketika mendengar penggunaan kalimat yang sedemikian rupa, maka Abu al-Aswad ad-Du'ali menjawab, "Yang indah itu adalah bintang-bintangnya, Nak."
Sang putri malah mendengar jawaban sang ayah yang tidak nyambung dengan apa yang dikatakannya, lalu putri Abu al-Aswad protes, "Bukan itu maksud aku, Ayah. Aku bukan bertanya sesuatu yang paling indah, tapi aku takjub pada keindahan langitnya."
"Oh, kalau yang kamu maksud adalah rasa takjub, maka ungkapan yang benar adalah Ù…َا Ø£َØْسَÙ†َ السَّÙ…َاءَ bukan Ù…َا Ø£َØْسَÙ†ُ السَّÙ…َاءِ ." Begitulah penjelasan dari Abu al-Aswa ad-Du'ali kepada putrinya.
Setelah peristiwa tersebut, Abu al-Aswad mulai melakukan penyusunan pedoman tata bahasa Arab yang kemudian dikenal dengan nama nahwu. Dan ta'ajjub (rasa takjub) menjadi bab pertama dalam rumusan Abu al-Aswad ad-Du'ali.
Posting Komentar